Laman

Sabtu, 27 November 2010

Guru: Antara Kemuliaan dan Profesionalisme

Saya selalu tertarik dengan anak-anak kecil dalam seragam putih hitam yang bergegas menuju sekolah di pagi setiap 1 September di Rusia. Pakaian, sepatu, dan tas baru melengkapi senyum riang mereka menuju sekolah. Di tangan mereka selalu ada benda wajib yang membuat terharu dan bangga: seikat bunga yang indah yang akan mereka persembahkan kepada guru tercinta.

Bukan perkara sederhana mempersiapkan seikat bunga segar di awal musim gugur. Selalunya harga melejit hingga tiga kali saat awal tahun ajaran tiba. Meskipun demikian para orang tua tidak pernah jera mengusahakan buket bunga sebagai tradisi dan lambang kepercayaan dan penghargaan mereka terhadap guru.

Rusia dengan penduduk 145 juta jiwa memiliki jumlah guru lebih dari 1,2 juta orang. Hampir separuhnya (43%) bekerja di pedesaan dan pelosok negara terbesar di dunia tersebut. Menjadi guru adalah pengabdian setia kepada negara. Kesetiaan dan kebanggan yang mereka miliki kini mulai berbuah manis dengan perhatian yang serius dari pemerintah Rusia.

Guru di Rusia dua tahun yang lalu masih senasib dengan guru di Indonesia sekarang. Mereka belum sepenuhnya diakui sebagai pekerja profesional. Meskipun telah mendapat kemudahan untuk tempat tinggal, transportasi, fasilitas listrik, gas, dan air dari negara namun gaji rata-rata mereka masih belum memadai untuk kebutuhan primer kehidupan di Moskow.

Mencermati kondisi tersebut Pemerintah Rusia pada periode 2009-2010 melakukan percepatan program profesionalisme guru yang mirip dengan program sertifikasi di Indonesia. Melalui program tersebut jumlah guru profesional yang pada tahun 2008 hanya berjumlah 277,5 ribu orang mengalami pertambahan 413 ribu orang sehingga menjadi 690,5 ribu orang. Itu artinya guru yang profesional pada tahun ini telah mencapai 79%!

Dalam sambutan pada Hari Guru Rusia di Moskow, 5 Oktober 2010 yang lalu, Menteri Pendidikan Rusia, Andrei Frusenko menekankan pentingnya peningkatan kualitas guru sebagai agen perubahan di Rusia. Guru diharapkan memiliki wawasan terbuka, mampu memanfaatkan teknologi informasi mutakhir, dan jeli dalam membina minat dan bakat siswa-siswinya.

Sebagai bukti dukungannya, Fruzenko telah memulai Program Pembinaan Bakat dan Penyiapan Tenaga Kerja Trampil di Sekolah pada tahun ini. Program tersebut tentu saja sangat membutuhkan guru-guru yang handal dan kompeten di bidangnya. Di samping telah memiliki pengalaman mengajar yang cukup.

Andrei Fruzenko lebih jauh menjanjikan bahwa menjadi guru tidak lagi dianggap sebagai pegawai biasa. Mereka adalah pekerja profesional yang akan mendapatkan tunjangan kompetensi setiap 5 tahun. Tunjangan tersebut tentu dengan syarat bahwa guru yang bersangkutan terus meningkatkan kinerja dan kualitas kompetensinya dalam pendidikan.

Pada tahun ini saja Kementrian Pendidikan Rusia telah memberikan tunjangan wali kelas kepada 800 ribu guru setiap bulannya. Sebuah penghargaan yang besar untuk dedikasi guru.

Sebagai orang tua, tanpa sadar kita terkadang cemburu mengetahui ada sosok lain yang lebih didengar dan dituruti oleh anak-anak kita. Sosok yang sama perhatian dan kepeduliannya kepada anak-anak kita, dialah guru. Kadang kepercayaan anak kepada sang guru melebihi kepada orang tuanya sendiri.

Semua kata-katanya, baik nasihat, informasi, maupun ajakan guru sering kali lebih mampu menggugah anak untuk melakukannya ketimbang kata-kata orang tuanya. Kadang kita gregetan jika anak kita enggan mengikuti keinginan kita dengan dalih guru mereka berpendapat berbeda.

Kita patut lega dan berbangga dengan reformasi pendidikan di Indonesia yang perlahan tapi pasti mulai dirasakan oleh ujung tombak pendidikan: Guru. Sejak ditetapkannya APBN pendidikan sebesar 20% maka proyek-proyek besar pendidikan terus bergulir.

Pemerintah bersama dengan DPR telah berhasil menelurkan serangkaian undang-undang pendidikan yang diharapkan dapat membingkai pekerjaan besar membentuk anak bangsa seutuhnya.

Sebagai guru yang bekerja di pelosok terjauh dari tanah air saya merasakan berkah yang besar dengan program-program peningkatan profesionalisme guru yang dilaksanakan oleh Departemen Penddikan Nasional.

Pelatihan Kompetensi Guru, insentif guru, dana block grant pendidikan, dan sertifikasi guru adlaah beberapa yang dapat dirasakan langsung oleh kami, para guru. Tim pelatih dari Depdiknas juga terus memberikan pembinaan dan pemantauan dengan program Bimbingan Teknis (Bimtek) atas pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah-sekolah kami, Sekolah Indonesia Luar Negeri.

Sebagai guru, kami amat sadar bahwa ada amanat yang besar di balik kepedulian pemerintah kepada pendidikan ini. Pelatihan, bimbingan, dan supervisi yang intensif, meskipun melelahkan dan menguras energi para guru, diakui amat signifikan membuka wawasan guru untuk siap menjadi tenaga pendidik yang andal yang eksis di era globalisasi ini.

Berkaca dari perkembangan pendidikan di Rusia di atas, maka sepatutnya kita bersyukur bahwa reformasi pendidikan kita sudah selangkah lebih awal dari kebijakan yang mereka lakukan. Hanya saja perlu dievaluasi dengan baik agar pemberdayaan dan peningkatan profesi guru terus terarah dan fokus pada pembinaan siswa di masa depan.

Ada banyak kritikan bahkan hujatan sehubungan dengan penambahan gaji dan tunjangan bagi guru. Tidak sedikit kalangan yang mempertanyakan kelayakan diadakannya Block Grant, BOS (Biaya Operasional Sekolah), dan insentif yang diberikan kepada guru dan institusi pendidikan. Semua itu perlu ditanggapi secara bijak dan bertanggung jawab. Transparansi program dan keuangan menjadi salah satu syarat stabilitas.

Kita juga patut bersyukur karena sistem pendidikan kita sebagaimana yang tertera dalam Undang undang No 20 tahun 2003 tentang sisdiknas tetap mengutamakan budi pekerti dan agama dalam kurikulum pendidikan nasional. Keberhasilan pendidikan pada seorang anak tercermin dari kebaikan budi bahasa dan kesalihannya terhadap agama.

Adalah ironis jika ada suara-suara yang menyerukan sekularisme untuk peningkatan pendidikan kita. Sementara pada saat yang sama Rusia menyadari pentingnya moral dan agama dalam pembinaan anak-anak bangsanya.

Hari Kamis, 25 November 2010, dua juta guru Indonesia memperingati hari jadinya yang ke-65. Masa depan anak-anak bangsa dipertaruhkan di pundak mereka. Kemuliaan dan keikhlasan mereka akan membawa kita kepada Indonesia yang lebih baik dan berkah. Bukan mustahil dalam 10 tahun ke depan, sebagaimana Rusia di Eropa, Indonesia akan menjadi pelopor peradaban di Asia dan Dunia.

Selamat Hari Guru. Di tangan dan hatimu Guru masa depan bangsa ini bertumpu!

Sumber Berita : Ahmad Marzuki S Si

Tidak ada komentar:

Posting Komentar