Laman

Jumat, 05 November 2010

Abu Vulkanik Merapi Sampai di Bobotsari Purbalingga


Meletusnya gunung merapi di daerah Yogyakarta, ternyata membawa dampak ke berbagai daerah. Hujan abu vulkanik Merapi pada malam Kamis, 3 November 2010 sampai ke kota Bobotsari Purbalingga. Bahkan pada hari Kamis dan Jumat, hujan abu vulkanik sangat terasa di Bobotsari dan sekitarnya.Abu vulkanik yang cukup tebal ini mengharuskan orang harus memakai masker dan jarak pandang di jalan raya pun agak terganggu. Jalan-jalan tertutup oleh debu yang cukup tebal. Bahkan di depan RSUD kota Purbalingga, ketebalan debu abu vulkanik sangat tebal. Ini membuktikan bahwa letusan gunung Merapi pada tahun 2010 ini sangat dahsyat.
Menurut informasi, abu vulkanik merapi pun sampai ke berbagai kota-kota besar lainnya seperti Purwokerto, bahkan Ciamis dan juga Bandung.

Di halaman SMP Negeri 3 Bobotsari, ketebalan abu vulkanik juga sangat terasa. Hari Jumat, 5 November 2010 hujan abu vulkanik masih terjadi. Sehingga kegiatan senam pagi, untuk sementara waktu ditiadakan. Mengingat abu vulkanik ini sangat membahayakan siswa, menyebabkan mata perih.
Awal Hidayat dan Riswanto selaku staf pengajar, segera memerintahkan para siswanya agar tidak bermain di luar kelas. Semua siswa untuk tetap berada di dalam kelas, dan para siswa juga dihimbau agar menggunakan masker.

Menurut berbagai sumber informasi, bahwa letusan Gunung Merapi pada 2010 ini lebih besar daripada pada 2006 lalu. Namun demikian komposisi kimia material yang dilontarkan Merapi masih sama dengan letusan pada 2006.
"Jadi komposisi magma tidak jauh dari 2006. Tapi volumenya jauh lebih besar," kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Sukhyar kepada detikcom, Jumat (5/11/2010).
Selain itu, kandungan gas yang ada di perut Merapi juga lebih besar. "Kandungan silika 57 itu persen. Sama dengan 2006," lanjut Sukhyar.

Apakah letusan yang berbeda dari 2006 karena magma berasal dari kantong magma yang berbeda? "Kantong magma Merapi ada di sekitar 3 km dari puncak. Tapi yang penting adalah volume magma lebih besar dan kandungan gas lebih besar sehingga letusannya juga lebih besar," ucap Sukhyar.

Menurut dia, kini beberapa alat pemantau deformasi Gunung Merapi tidak dapat berfungsi akibat awan panas. Pengambilan sampel gas yang biasa dilakukan di dekat puncak Merapi pun tidak bisa dilakukan akibat daerah bahaya Merapi yang diperluas.

"Untuk Gunung Merapi ada alat seismik, pemantau deformasi, juga ada pencatat gas. Tapi tidak semua berfungsi. Yang deformasi tidak berfungsi karena awan panas, pengambilan sampel gas di puncak juga tidak mungkin sekarang ini," lanjut Sukhyar.

Meski demikian, menurut dia, alat seismik terus bekerja. Dalam kondisi seperti sekarang ini, alat seismik sudah bisa memberi banyak informasi terkait aktivitas Merapi.

"Seismik terus bekerja. Dan itu ada di stasiun (stasiun pemantau) yang banyak. Anda bisa lihat sendiri, alat yang kita punya sudah seperti milik Amerika Serikat," ucap Sukhyar.

Disampaikan dia, beberapa alat yang kini tidak berfungsi akan segera dipulihkan. Namun dia menegaskan, saat ini alat seismik pun telah mampu mengetahui aktivitas Merapi, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir akan terjadi kesalahan pemantauan maupun informasi.

"Alat seismik itu yang memantau kelakuan denyut jantung Gunung Merapi. Kita tahu bagaimana Merapi dengan melihat denyutnya," jelas Sukhyar.

2 komentar:

  1. gunung merapi salah satu gunung teraktif di dunia, banyak hikmah di balik meletusnya gunung tersebut by f_fujigreencoa@yahoo.com (Ikatan Ahli Geologi Indonesia)

    BalasHapus
  2. Moga moga anu watuk tok ya pak

    BalasHapus