Perubahan
paradigma pendidikan yang cukup dramatis pada saat sekarang ini, mau
tidak mau menuntut para guru untuk dapat menyesuaikan diri dengan
berbagai tuntutan perubahan yang ada. Salah satu cara yang efektif agar
dapat menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan perubahan yang ada
yaitu melalui belajar secara terus menerus. Dengan demikian, tuntutan
untuk belajar tidak hanya terjadi pada siswa yang dibelajarkannya,
tetapi guru itu sendiri pun justru dituntut untuk senantiasa belajar
tentang bagaimana mengajar yang baik. Banyak cara yang bisa dilakukan guru untuk belajar, diantaranya:
- Guru belajar dari praktik pembelajaran yang dilakukannya. Cara belajar guru yang pertama ini dilakukan melalui usaha untuk senantiasa memonitor, menganalisis dan melakukan refleksi atas setiap praktik pembelajaran yang dilakukannya. Melalui cara seperti ini guru akan memperoleh sejumlah pengetahuan dan pemahaman baru (the best practice) tentang siswa, sekolah, kurikulum, dan berbagai strategi pembelajaran. Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (1, 2) merupakan salah satu bentuk cara belajar guru semacam ini (Cochran-Smith and Lytle, 1993).
- Guru belajar melalui interaksi dengan guru lain. Cara
belajar guru yang kedua dapat dilakukan melalui interaksi dengan guru
lain, baik secara formal maupun informal. Secara formal, misalnya
melalui kegiatan mentoring (tutorial) yang dilakukan oleh guru senior
yang berpengalaman terhadap guru baru (novice), berdasarkan penugasan
secara resmi dari sekolah. Dalam hal ini, guru baru dapat menimba
berbagai pengetahuan dan keterampilan dari mentornya (Feiman-Nemser and
Parker, 1993). Sedangkan secara informal dapat dilakukan melalui
kegiatan pembicaraan yang tidak resmi, misalnya pada saat berada di
ruang guru, halaman sekolah dan tempat-tempat lainnya yang sifatnya
tidak resmi. Bentuk lain belajar melalui interaksi dengan guru lain
adalah melalui kegiatan MGMP/MGBK dan pertemuan profesional lainnya,
dimana guru dapat saling belajar dan berbagi pengetahuan. Kegiatan
supervisi pembelajaran, baik oleh guru senior, kepala sekolah maupun
pengawas sekolah, termasuk ke dalam kategori cara belajar ini. Demikian
juga, program lesson study merupakan salah satu bentuk cara belajar guru melalui interaksi dengan guru lain.
- Guru belajar melalui ahli/konsultan. Cara yang ketiga, guru dapat belajar melalui ahli/konsultan. Dalam kegiatan ini, sekolah menyediakan seorang atau beberapa orang ahli/konsultan khusus dari luar untuk membelajarkan para guru di sekolah. Secara berkala, ahli/konsultan tersebut dihadirkan di sekolah untuk membelajarkan guru, misalnya dalam bentuk workshop atau layanan konsultasi. Melalui cara ini, para guru akan memperoleh pemahaman tentang berbagai inovasi pendidikan sekaligus memperoleh bimbingan dalam penerapannya. Dalam konteks ini, pengawas sekolah (educational supervisor) seyogyanya dapat diposisikan sebagai tenaga konsultan yang dibutuhkan untuk kepentingan peningkatan kemampuan guru.
- Guru belajar melalui pendidikan lanjutan dan pendalaman. Asumsi
yang mendasari cara yang keempat ini, bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan yang diperoleh seseorang, semakin lebih baik pula tingkat
kemampuan yang dimilikinya. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan
kemampuan guru, seyogyanya guru didorong untuk dapat melanjutkan studi
ke jenjang yang lebih tinggi atau mengikuti pendidikan pendalaman
akademik. Pendidikan lanjutan artinya guru melanjutkan studi sesuai
dengan bidangnya, misalkan seorang guru Bimbingan dan Konseling yang
sudah memiliki tingkat pendidikan S1, kemudian dia melanjutkan lagi
studinya ke S2 Program Magister Bimbingan dan Konseling, dan seterusnya.
Sedangkan pendidikan pendalaman, bisa dilakukan melalui kursus-kursus
dan pendidikan alternatif yang relevan. Misalnya, guru Ekonomi yang
berlatarbelakang S1 Pendidikan Ekonomi, untuk pendalaman bidang
akademiknya dia bisa mengikuti pendidikan S1 alternatif di Fakultas
Ekonomi. Di samping memperoleh kemampuan yang lebih baik, kegiatan
pendidikan lanjutan berkolerasi pula dengan tingkat penghasilannya
(Renyi, 1996). Di Amerika, kegiatan pendidikan pendalaman banyak
dilakukan pada musim summer atau setelah selesai jam sekolah. Demikian
pula, di negara-negara tertentu, guru-guru banyak mengikuti program in
service trainning dengan dititipkan (pencangkokan) di Perguruan Tinggi
untuk beberapa lama.
- Guru belajar melalui cara yang terpisah dari tugas profesionalnya. Cara
yang kelima ini, guru belajar tentang hal-hal yang sebenarnya tidak
berhubungan langsung dengan tugas-tugas profesionalnya, seperti
pengembangan kemampuan intelektual dan moral terkait perannya sebagai
orang tua, mengikuti pelatihan sebagai pengurus organisasi di
masyarakat, pelatihan kepemimpinan dalam bisnis dan sebagainya. “They learn about nondidactic forms of instruction…”,
demikian dikemukan oleh Lucido (1988). Meski tidak berhubungan langsung
dengan tugas profesionalnya, beberapa hasil-hasil pelatihan tersebut
dapat ditransfer untuk kepentingan penguatan kemampuannya sebagai guru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar