Ditengah-tengah kekacauan - ketegangan itu tercermin dalam alam gara-gara : bumi goyang, gunung meletus dan laut mendidih - muncullah satu demi satu empat oknum yang nampak aneh. Tanpa peduli akan kekacauan di sekelilingnya, mereka duduk santai dan bermain-main. Merekalah punakawan, pelayan setia Arjuna yang mengantarnya dalam perjalanannya.
Punakawan itu terdiri dari Semar dan anak-anaknya, Gareng, Petruk dan Bagong. Semar itu amat gemuk, ia mempunyai payudara besar dan pantat raksasa sehingga sejenak kurang jelas apakah ia sebenarnya seorang laki-laki atau perempuan (semar seorang laki-laki). Gareng mempunyai hidung yang besar, tangan dan kaki cacad. Ciri khas Petruk adalah panjangnya yang santai : hidung panjang, tangan panjang, kaki panjang dan dalam situasi ia santai saja dan tenang. Bagong adalah edisi mini Semar.
Adalah tugas Semar dan anak-anaknya untuk mengantar ksatria utama setiap lakon dengan aman melalui segala bahaya sampai ke tujuannya. Apabila ksatria itu berada dalam kesulitan, Semar memberi nasehat, apabila ia terlalu agresif dan emosi, ia direm oleh Semar dan ditarik kembali dari langkah-langkah yang kurang dipikirkan. Apabila ia sedih para punakawan membuat ia senang dengan lelucon mereka. Apabila ia merasa sendirian, mereka menemaninya. dan apabila ia berada dalam bahaya mereka sekali-kali juga menyelamatkannya.
Menurut bentuk dan kelakuan para punakawan adalah hamba dari ksatria yang baik, mereka menyapa dia dalam krama inggil. Tetapi sekaligus Semar adalah penunjuk jalan dan pamong kstaria yang diantarnya. Siapa yang diantar Semar, tidak pernah gagal dalam tugasnya dan tidak kalah dalam perang. Bahwa para Pendawa tidak bisa dikalahkan sebenarnya bukan karena kekuatan mereka sendiri melainkan karena mereka diantar oleh Semar. Andaikata Semar meninggalkan Pandawa mereka mesti hancur.
Semar adalah wayang yang paling dicintai. Apabila ia muncul di depan layar ia disambut oleh gelombang simpati para penonton. Seakan-akan para penonton sendiri merasa berada di bawah pengayoman Semar. Apabila wayang yang tak terselami, bijaksana, sederhana, merakyat, baik hati, lucu dan tak terkalahkan itu muncul maka mereka yang berada di bawah perlindungannya merasa aman dan nyaman dari segala bahaya. Siapakah Semar itu ?
Dalam setiap pertunjukan Ki Dalang akan berucap : "Siapakah yang bulat seperti nyiru itu, itulah Kyai Lurah Semar Badranaya, Betara Ismaya. Ia bernama Semar, sebab Kyai Semar berkuncung seperti laki-laki, tetapi ia montok dengan buah dada besar seperti orang perempuan. ia tak gagah-tak rupawan, memang tak berupalah ia, akan tetapi sesungguhnya Kyai Lurah Semar itu Dewa yang menjelma, ia sebenarnya Hyang Ismaya, juga Hyang Asmarasanta, Dewa berujud manusia, di dunia merupakan pamong keturunan Brahma/Wisnu".
Jadi sebenarnya Semar itu adalah Dewa Ismaya - dewa Jawa asli yang paling kuasa sekaligus ia dianggap paman atau kakak dewa utama batara Guru (Siwa). Walaupun Semar kelihatan sebagai rakyat biasa, semua penonton tahu bahwa sebenarnya ia adalah seorang Dewa yang tak terkalahkan. Semar mengatasi semua Dewa lain dengan kekuatannya. Dewa-dewa disapa dengan bahasa ngoko. Apabila Semar marah, dewa-dewa bergetar, dan apa yang dikehendakinya akan terjadi. Setiap usaha Batara Guru untuk menguasai dunia dengan pelbagai penjelmaan, khusunya untuk mencegah perang baratayuda dan kekalahan para Kurawa, ditiadakan oleh Semar. Semar adalah pamong para Pandawa yang tak terkalahkan dan oleh karena para Pandawa adalah nenek moyang raja-raja Jawa maka sebenarnya Semar adalah pamong dan danyang pulau Jawa dan seluruh dunia.
Maka munculnya Semar dalam wayang Jawa menunjukkan pengertian yang mendalam tentang apa yang sebenarnya bernilai pada manusia : bukan wujud yang kelihatan, bukan pembawaan lahiriah yang sopan santun, bukan penguasaan tata krama kehalusan, melainkan yang sebenarnya menentukan derajat kemanusiaan seseorang adalah sikap batin.
Punakawan itu terdiri dari Semar dan anak-anaknya, Gareng, Petruk dan Bagong. Semar itu amat gemuk, ia mempunyai payudara besar dan pantat raksasa sehingga sejenak kurang jelas apakah ia sebenarnya seorang laki-laki atau perempuan (semar seorang laki-laki). Gareng mempunyai hidung yang besar, tangan dan kaki cacad. Ciri khas Petruk adalah panjangnya yang santai : hidung panjang, tangan panjang, kaki panjang dan dalam situasi ia santai saja dan tenang. Bagong adalah edisi mini Semar.
Adalah tugas Semar dan anak-anaknya untuk mengantar ksatria utama setiap lakon dengan aman melalui segala bahaya sampai ke tujuannya. Apabila ksatria itu berada dalam kesulitan, Semar memberi nasehat, apabila ia terlalu agresif dan emosi, ia direm oleh Semar dan ditarik kembali dari langkah-langkah yang kurang dipikirkan. Apabila ia sedih para punakawan membuat ia senang dengan lelucon mereka. Apabila ia merasa sendirian, mereka menemaninya. dan apabila ia berada dalam bahaya mereka sekali-kali juga menyelamatkannya.
Menurut bentuk dan kelakuan para punakawan adalah hamba dari ksatria yang baik, mereka menyapa dia dalam krama inggil. Tetapi sekaligus Semar adalah penunjuk jalan dan pamong kstaria yang diantarnya. Siapa yang diantar Semar, tidak pernah gagal dalam tugasnya dan tidak kalah dalam perang. Bahwa para Pendawa tidak bisa dikalahkan sebenarnya bukan karena kekuatan mereka sendiri melainkan karena mereka diantar oleh Semar. Andaikata Semar meninggalkan Pandawa mereka mesti hancur.
Semar adalah wayang yang paling dicintai. Apabila ia muncul di depan layar ia disambut oleh gelombang simpati para penonton. Seakan-akan para penonton sendiri merasa berada di bawah pengayoman Semar. Apabila wayang yang tak terselami, bijaksana, sederhana, merakyat, baik hati, lucu dan tak terkalahkan itu muncul maka mereka yang berada di bawah perlindungannya merasa aman dan nyaman dari segala bahaya. Siapakah Semar itu ?
Dalam setiap pertunjukan Ki Dalang akan berucap : "Siapakah yang bulat seperti nyiru itu, itulah Kyai Lurah Semar Badranaya, Betara Ismaya. Ia bernama Semar, sebab Kyai Semar berkuncung seperti laki-laki, tetapi ia montok dengan buah dada besar seperti orang perempuan. ia tak gagah-tak rupawan, memang tak berupalah ia, akan tetapi sesungguhnya Kyai Lurah Semar itu Dewa yang menjelma, ia sebenarnya Hyang Ismaya, juga Hyang Asmarasanta, Dewa berujud manusia, di dunia merupakan pamong keturunan Brahma/Wisnu".
Jadi sebenarnya Semar itu adalah Dewa Ismaya - dewa Jawa asli yang paling kuasa sekaligus ia dianggap paman atau kakak dewa utama batara Guru (Siwa). Walaupun Semar kelihatan sebagai rakyat biasa, semua penonton tahu bahwa sebenarnya ia adalah seorang Dewa yang tak terkalahkan. Semar mengatasi semua Dewa lain dengan kekuatannya. Dewa-dewa disapa dengan bahasa ngoko. Apabila Semar marah, dewa-dewa bergetar, dan apa yang dikehendakinya akan terjadi. Setiap usaha Batara Guru untuk menguasai dunia dengan pelbagai penjelmaan, khusunya untuk mencegah perang baratayuda dan kekalahan para Kurawa, ditiadakan oleh Semar. Semar adalah pamong para Pandawa yang tak terkalahkan dan oleh karena para Pandawa adalah nenek moyang raja-raja Jawa maka sebenarnya Semar adalah pamong dan danyang pulau Jawa dan seluruh dunia.
Maka munculnya Semar dalam wayang Jawa menunjukkan pengertian yang mendalam tentang apa yang sebenarnya bernilai pada manusia : bukan wujud yang kelihatan, bukan pembawaan lahiriah yang sopan santun, bukan penguasaan tata krama kehalusan, melainkan yang sebenarnya menentukan derajat kemanusiaan seseorang adalah sikap batin.
Sumber Pustaka : Etika Jawa
A. Hidayat
staf pengajar SMPN 3 Bobotsari
Purbalingga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar